CERAI GUGAT BERDASARKAN BATAS USIA NIKAH: IMPLIKASI PERLINDUNGAN HUKUM

Penelitian ini membahas mengenai fenomena cerai gugat yang terjadi dalam berbagai usia pernikahan serta implikasinya terhadap perlindungan hukum, khususnya bagi perempuan dan anak. Fokus utama kajian ini adalah menganalisis
bagaimana usia pernikahan mempengaruhi kecenderungan istri untuk mengajukan gugatan cerai dan bagaimana sistem hukum memberikan perlindungan terhadap pihak yang rentan dalam proses perceraian. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode yuridis normatif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh melalui studi kepustakaan dan dokumentasi terhadap putusan-putusan pengadilan agama, serta analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang relevan seperti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam, dan Undang-Undang Perlindungan Anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia pernikahan yang masih muda (di bawah 5 tahun) memiliki tingkat
kerawanan tinggi terhadap perceraian, khususnya cerai gugat oleh istri. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kesiapan emosional, ekonomi, dan sosial. Di sisi lain,
meskipun perangkat hukum telah mengatur secara eksplisit hak-hak perempuan dan anak pasca perceraian, dalam praktiknya masih terdapat kendala dalam pelaksanaan, terutama dalam hal pemenuhan nafkah, hak asuh anak, dan
perlindungan dari kekerasan. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan perlunya penguatan sistem perlindungan hukum yang lebih responsif terhadap dampak cerai gugat dalam usia pernikahan muda serta pentingnya pendidikan pranikah dan pendampingan psikososial untuk mencegah tingginya angka perceraian.

Kata kunci: Cerai gugat, usia pernikahan, perlindungan hukum, perempuan, anak