INTERNALISASI MAQASID AL-SYARIAH DALAM PROSES NIKAH ADAT BUGIS (STUDI KASUS DESA PENGKENDEKAN KECAMATAN SABBANG KABUPATEN LUWU UTARA)

ROSMAYANTI, ROSMAYANTI (2024) INTERNALISASI MAQASID AL-SYARIAH DALAM PROSES NIKAH ADAT BUGIS (STUDI KASUS DESA PENGKENDEKAN KECAMATAN SABBANG KABUPATEN LUWU UTARA). Masters thesis, Institut Agama Islam Negeri Palopo.

[thumbnail of ABSTRAK.pdf] Text
ABSTRAK.pdf

Download (440kB)
[thumbnail of PUSTAKA.pdf] Text
PUSTAKA.pdf

Download (456kB)
[thumbnail of REPO.PDF] Text
REPO.PDF

Download (1MB)

Abstract

ABSTRAK
Rosmayanti, 2022. Tesis Pascasarjana Program Studi Hukum Islam Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo. Dibimbing Dr. Takdir, MH,. Dr. H.
Firman Muhammad Arif, Lc., M.HI
Tesis ini mengambarkan beberapa permasalahan 1) Bagaimana pelaksanaan
adat nikah masyarakat Bugis di Desa pengkendekan kec. Sabbang kab. Luwu utara?
2) Bagaimana Penilaian Maqashid Al-Syariah Terhadap Adat Nikah Bugis Di Desa
Pengkendekan Kec. Sabbang Kab. Luwu Utara? 3) Bagaimana upaya menerapkan
nilai Maqashid Al-Syariah dalam upacara pernikahan masyarakat Bugis di Desa
Pengkendekan Kec. Sabbang kab. Luwu utara?
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan
pendekatan yuridis hukum Islam. Sumber data yaitu data primer bersumber dari
tokoh Adat, tokoh Agama, tokoh Masyarakat, sumber melalui wawancara,
sedangkan data sekunder diambil dari dokumen yang ada kaitannya dengan
penelitian. Sumber data, analisis data, menafsirkan data, serta instrumen dalam
mengumpulkan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian dan analisis menyimpulkan bahwa: 1) Pelaksanaan
pernikahan masyarakat Bugis di Desa Pengkendekan Kec. Sabbang Kab. Luwu
Utara Utara antaranya: 1) Pemilihan Jodoh, 2) Mappese’-pese’, 3) Madduta. 4)
Mappettu ada, 5) Mappaisseng dan mattampa, 6) Mappatettong sarapo atau
baruga (mendirikan bangunan) 7) Mappassau Botting dan Cemme. 8) Mappanre
Temme (khatam al-Quran) dan pembacaan barzanji. 9) Mappacci atau
Tudammpenni, 10) Mappénré Botting. 13) Madduppa botting, 13) Ipanikka 13)
Mappasikarawa atau mappasiluka), 14) Maréllau Dampeng, 15) tudang botting,
16)Marola atau mapparola.. 2. Adat nikah Bugis sangatlah mendukung akan
pelaksanaan tujuan hidup, seperti halnya yang dibahas dalam maqashid al-syariah.
Maqashid al-syariah memiliki tujuan baik untuk kehidupan manusia, baik itu untuk
menjaga akal, menjaga harta, menjaga keturunan mapupun menjaga nyawa kita.
Hal ini sangatlah sejalan dengan tujuan adat Bugis. Sebagai contoh pemberian daun
pacar adalah dimulai dengan tujuh pasang suami istri yang di pandang baik
keluarganya, ini berarti bahwa diharap mempelai juga akan baik seperti itu atau
bahkan lebih baik dari keluarga tersebut. 3) Upaya menerapkan nilai Maqashid Al�Syariah dalam upacara pernikahan masyarakat Bugis, sudah terlaksana baik melalui
islamisasi budaya. Namun ada beberapa faktor penghambat terkait berdampak pada
munculnya berbagai tudingan miring seperti, pernikahan adat Bugis cenderung
materialistik. Pernikahan adat Bugis tidak efisien dan cenderung mubazir. Prosesi
pernikahan adat Bugis mengindikasikan pertaruhan status sosial dan gengsi.
Pernikahan adat Bugis cenderung melegalkan pornoaksi dengan adanya acara
hiburan.
Implikasi penelitian bahwa masyarakat Bugis tetap mempertahankan adat
pernikahannya yang terkesan memberatkan didasarkan pada keyakinan bahwa
pernikahan merupakan hal yang sakral dan suci sebagaimana sakralnya menjaga
kehormatan anak gadis hingga duduk di pelaminan.
Kata Kunci: Pelaksanaan, adat nikah, Maqashid Al-Syariah
xiii
ABSTRACT
Rosmayanti, 2022. “The Internalization of Maqashid Al-Syariah in the Bugis
Customary Marriage Process (A Case Study of Pengkendekan Village, Sabbang
District, North Luwu Regency ” Postgraduate Thesis of the Islamic Law Study
Program, State Islamic Institute (IAIN) Palopo. Supervised by Dr. Takdir, MH.,
and Dr. H. Firman Muhammad Arif, Lc., M.HI
This thesis delineates several issues: 1) How is the implementation of Bugis
customary marriage in Pengkendekan Village, Sabbang District, North Luwu
Regency? 2) How does Maqashid Al-Syariah assess Bugis customary marriage in
Pengkendekan Village, Sabbang District, North Luwu Regency? 3) What attempts
are made to apply the values of Maqashid Al-Syariah in the wedding ceremonies of
the Bugis community in Pengkendekan Village, Sabbang District, North Luwu
Regency?
This is a qualitative research that utilizes the Juridical approach of Islamic
law. The data sources include primary data obtained from traditional leaders,
religious figures, and community leaders through interviews, as well as secondary
data obtained from documents related to the research. Data sources, data analysis,
data interpretation, and data collection instruments all include observations,
interviews, and documentation.
The research findings and analysis conclude that: 1) The implementation of
Bugis community weddings in Pengkendekan Village, Sabbang District, North
Luwu Regency includes: 1) Mate Selection; 2) Mappese'-pese'; 3) Madduta; 4)
Mappettu Ada; 5) Mappaisseng and Mattampa; 6) Mappatettong Sarapo or Baruga
(constructing buildings); 7) Mappassau Botting and Cemme. 8) Mappanre Temme
(completion of the Quran) and barzanji recitation. 9) Mappacci or Tudammpenni;
10) Mappénré Botting. 12) Madduppa botting; 13) Ipanikka 14) Mappasikarawa or
Mappasiluka; 15) Maréllau Dampeng; 16) Tudang Botting; 17) Marola or
Mapparola. 2) The Bugis marriage customs strongly support the realization of life
goals, as discussed in Maqashid Al-Syariah. Maqashid Al-Syariah has noble
objectives for human life, which include the preservation of intellect, wealth,
descendants, and one’s own life. This aligns well with the ideals of Bugis customs.
For example, the giving of henna leaves begins with the approval of seven married
couples considered favorable by their families. This signifies the hope that the
newlyweds will also be as good as, or even better than, the respected family they
are joining. 3) The attempts to implement the values of Maqashid Al-Syariah in
Bugis community wedding ceremonies have been successfully carried out through
cultural Islamization. However, there are several inhibiting factors related to the
emergence of various biased accusations, such as the perception that Bugis
customary marriages tend to be materialistic. The Bugis traditional wedding
procession indicates a gamble on social status and prestige. Bugis customary
marriages often serve to legitimize pornography through entertainment events.
The implication of the research is that the Bugis community continues to
uphold their wedding customs, which may seem burdensome since they believe
xiv
marriage is a sacred and holy matter, much like the sacredness of preserving the
honor of a maiden until she sits on the bridal throne.
Keywords: Implementation, customary marriage, Maqashid Al-Syari

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: 200 Agama > 2X4.312 Rukun Nikah, Akad Nikah
Divisions: Program Pascasarjana > Program Studi S-2 Hukum Islam
Depositing User: S.Ag Ilda Azizah
Date Deposited: 17 May 2024 06:39
Last Modified: 17 May 2024 06:39
URI: http://repository.iainpalopo.ac.id/id/eprint/8843

Actions (login required)

View Item View Item